Mentawai, merupakan daerah tujuan
Pelayanan Medis gw yang ketiga bareng doctorSHARE. Kegiatan yang berlangsung
tanggal 1 – 8 April 2015 ini hanya terdiri dari kegiatan operasi Minor dan
Pengobatan Umum. Hal ini dikarenakan satu dan lain hal yang membuat kapal Rumah
Sakit Apung ga jadi kesitu. Kegiatan pengobatan umum dan operasi minor
berlangsung selama tiga hari. Kemudian hari keempat dan kelima dilanjutkan
dengan kegiatan blusukan ke desa yang bernama Madobag.
Madobag hanya merupakan sebuah desa
terpencil yang terletak di kepulauan Mentawai. Sekedar info, Mentawai dicapai
dengan menggunakan kapal cepat selama 3 jam perjalanan dari Padang.
Okeh back to topic tentang blusukan…
Dari belasan anggota tim pelmed,
yang pergi blusukan hanya lima orang, dan gw adalah salah satu diantaranya. Gw
bertugas menjadi ketua tim blusukan karena dianggap sudah pernah ikutan pelmed
sebelumnya. Lima orang itu beranggotakan dua cewek dan tiga orang cowok. gw, vivian, ivan, arfi, dan monang.
Malam sebelum perjalanan, gw belom
kepikiran seperti apa madobag itu. Tau sih kalo perjalanannya 2 – 3 jam dengan
sepeda motor. Jalanannya dari kayu-kayu. Banyak nyamuk. Listrik susah. Kalo
hujan, jalanan tambah parah. Tapi tetep aja berasa kurang infonya. Haha..
Jadilah keesokan paginya
bersiap-siap berangkat. Kami diantar oleh dua petugas puskesmas yang sudah
terbiasa dengan medan menuju madobag. Total ada 4 sepeda motor. Gw dibonceng sama orang puskesmas yang sekalian nunjukin jalan juga, lalu 2 sepeda motor dikendarai oleh anggota tim blusukan yang saling berboncengan, dan motor terakhir dikendarai oleh petugas puskesmas lainnya sambil membawa carrier besar. Pas ngeliat
motor yang ada, gw baru sadar.. hmm… ga perlu pake helm yah? Perjalanan selama
2-3 jam dengan jalan yang katanya parah tapi ga pake helm… ya baiklah… Belom
lagi kondisi motor yang akan dipake itu hanya motor bebek biasa. Beberapa
diantaranya seadanya pula… dalam artian ga ada spion dan udah terlihat rapuh…
Ya sudahlah mencoba memaklumi…
Akhirnya setelah perpisahan dan
foto-foto kami pun memulai perjalanan… foto-fotonya ini sih agak lebay, mirip
orang mau pelepasan pergi haji…
Sepanjang jalan liat kanan kiri,
sambil rambut berkibar-kibar kena angin… masih adem daerah
pedesaan…
Tapi ternyata…..
Semuanya itu cuma berlangsung selama
10 menit… seriously, tepat 10 menit!
Setelah itu perjalanan sesungguhnya
baru dimulai…
Jalanan yang awalnya dari beton dan
agak lebar mulai menyempit jadi cuma muat untuk jalanan 1 sepeda motor. Kanan
kiri yang tadinya luas, tiba-tiba menyempit diapit dedaunan dan semak-semak..
jadi selama perjalanan itu lutut lu bakal kena daun-daun dan semak-semak.
Lalu kemudian, jalanan sempit yang
masih beton itu berubah jadi becek dan ditatakin sama kayu-kayu. Mending kalo
kayunya yang lebar dan tersusun rapih gitu, eh ini malah cuma potongan balok
kayu 10x5cm dan itu pun ga utuh. Ada yang masih rapih disusun, tapi kebanyakan
potongan-potongan berserakan.
Pas ngeliat itu gw langsung
desperate dalam hati..
Baru juga menempuh 10 menit dari 2-3
jam perjalanan dan kondisi jalanannya udah kayak gini.
Sempat kepikiran pengen nepuk pundak
bapaknya bilang “Pak udah yuk balik aja..”
ato “Maaf pak, barang saya ada yang
ketinggalan.. blusukannya batal aja yah..”
ato “Pak! saya kebelet boker!!”
Tapi kenyataannya ga ada yang
terucap satu pun…… karena udah lemes……
Gw cuma bisa megang besi belakang
jok motor sekenceng2nya sambil doa…
Rasanya begitu dekat dengan
maut…wkwkwk…
Sedikit demi sedikit balok-balok
kayu tersebut bisa terlewati… okeh mulai lega… tapi masih cemas melihat ke
depan dimana sampai ujung mata memandang itu jalanannya begitu semua…
Gw mulai agak tenang dan optimis
kembali ketika melihat bapaknya bisa melewati dengan aman dan bahwa ternyata
anggota tim yang lain ternyata gak ada yang ngeluh sama sekali… WEW..
Jadi malu lah gw kalo tiba-tiba jadi
manja pengen pulang…
Akhirnya mencoba mempercayakan hidup
gw kepada Tuhan dan Bapak yang ngeboncengin gw…
Setelah bagian kayu-kayu selesai,
jalanan balik lagi jadi beton… lalu kayu lagi dan becek lagi…
Sempat beberapa kali kami harus
turun dari motor karena kondisi balok kayu yang licin dan becek banget ato
tanjakan yang terjal banget sehingga ga memungkinkan buat ngeboncengin orang…
Setelah menempuh perjalanan
melelahkan selama 2,5 jam akhirnya sampailah kami di tempat yang bernama
Madobag..
Desanya terlihat asri karena
pekarangan rumah rata-rata ditanemin bunga, lalu rumah2nya banyak yang masih
dari kayu dan atapnya dari daun pohon sagu. Semuanya terkesan nyaman dan damai.
Kami langsung menuju bangunan pos
kesehatan desa (poskesdes) yang terbuat dari tembok. Setelah makan siang, kami
memulai kegiatan pengobatan umum dan kontrol jahitan post operasi minor di
bangunan milik desa yang terletak di depan Poskesdes. Pengobatan dimulai pukul
13.30 WIB. Pasien mulai berdatangan seabrek. Satu ibu bisa bawa 4 anaknya buat
berobat. Jadilah numpuk dan membuat tim agak kewalahan.
Target pengobatan yang awalnya hanya
100 pasien, ternyata dihadiri oleh 176 pasien. Otomatis obat-obatan yang kami
bawa pun ga cukup. Memang pas bawa obatnya itu juga terbatas banget karena
mikir bakal naik motor sejauh itu. Jadi ga mungkin juga bawa obat banyak2.
Beberapa pasien sebenarnya tidak sakit, tapi hanya penasaran dan jadinya berobat.
Tapi ada juga pasien yang beneran kesakitan. Jadilah gw dan temen2 ngobok2 tas
siapa tau ada obat pribadi kami yang bisa diberikan ke pasien tersebut.
Ya puji Tuhan semuanya pas. Dibuat
sedemikian rupa supaya pas pokoknya.
Setelah kegiatan pengobatan berakhir,
kami pun berfoto dengan petugas poskesdes yang ikut membantu. Lalu foto-foto
lagi, as always, dengan Go Pro…
Menjelang sedikit sore, kami
keliling Madobag… Sempet mampir di sungai, lalu pas ngeliat ada yang rame-rame
di lapangan kami pun singgah…
Ivan dan monang ikutan main volley
bareng wakamsi. Wakamsi itu istilah dari bang Arfi yang kepanjangannya adalah
‘warga kampung sini’..wkwkwk…
Di samping lapangan volley, ada juga
yang lagi main sepak takraw…
Gw, Vivian dan Arfi yang ga ikutan
main, mampir ke rumah penduduk… Ternyata ada salah satu pasien post op yang
lagi nongkrong sambil ngerokok.. Jadilah kami samperin dan ngajak ngobrol…
walopun ga tau apa yang diobrolin… abis bapaknya gak terlalu fasih ngomong
Indonesia…haha…
Di sekitar situ banyak anak-anak
yang ngumpul main lari-larian dengan bahagia… gw ama Vivian ngajakin mereka
foto tapi mereka kabur mulu…bzztt… tapi mungkin juga karena mereka gak pernah
difoto… jadi takut ngeliat kamera,,,
Untungnya arfi, si kumis puter ini
punya ide cerdik buat ngajakin mereka foto. Jadi dengan cara ngeliatin hasil
foto ke mereka.. ternyata hal yang simple kayak gitu efektif buat anak madobag.
Ngeliat muka mereka di layar kamera, mereka jadi excited dan jadi mau difoto..
Setelah dipikir2 mereka bukan anak kota yang terbiasa dengan kamera dan hape..
Pas ngeliat muka mereka sendiri di
foto, mereka jadi bersemangat buat difoto.. jadilah kami berfoto-foto ampe
gelap…haha.. trus gw juga sempet nyobain permainan mereka yang dari potongan
batok kelapa yang dijadikan alas kaki, lalu diiket disambungkan dengan tali..
mirip enggran…
Dan haripun semakin gelap… kami
kembali ke poskesdes, tempat kami menginap semalam..
Di poskesdes gak ada listrik atopun
genset. Jadi bakal gelap-gelapan semalaman.. Selain itu, ga ada juga air
mengalir dari kran… untuk mandi, harus nimba air dari sumur lalu dibawa ke
kamar mandi… untungnya ada 3 orang cowok…haha…
Setelah mandi, dua orang cewek
petugas poskesdes mulai masak buat makan malam. menu makan malam adalah mie
goreng instant. Lalu arfi juga memasak spaggethi yang dia bawa dari Jakarta.
Yep… malam itu kami makan mie
instant dan spaggethi… tambahan nasi putih juga… menu ala kadarnya…
Tapi dimakan dengan happy.. J
Setelah makan, kami duduk bareng berlima
di bangku kayu depan poskesdes sambil menikmati suasana gerhana bulan yang
berangsur-angsur kembali menjadi terang. Suasana hening cukup terpecahkan oleh suara
kami berlima yang cerita dan ketawa-ketawa…
Walopun agak bingung juga apa yang
diketawain… mungkin menertawakan kebingungan gw akan berbagai hal… sampai-sampai
disuruh megang botol kalo bingung…
Walopun gw tau kalo dengan memegang
botol ga akan menghilangkan kebingungan gw, tetep juga gw pegang tuh
botol…bzztt…
Setelah capek ketawa akhirnya kami
tidur di poskesdes. Yang cowok2 tidur di ruang tengah, sementara yang cewek
tidur di dalam kamar.
Pagi harinya ternyata hujan… kami
pun mulai was-was jalanan pulang jadi seperti apa. Gak hujan aja udah parah,
gimana hujan…
setelah mandi dan sarapan pop mie,
hujan mulai berhenti, kami perpisahan dan foto2…
Menjelang jam 9 kami mulai
perjalanan pulang dengan motor. Belum jauh memulai perjalanan, ternyata hujan
kembali turun… kami ga berteduh karena bakal sama aja, jadi langsung hantam…
Jalanan jadi jauh lebih licin dari
perjalanan kami di awal.. akhirnya banyak turun jalan kaki juga di setiap jalan
becek dan turunan atau tanjakan terjal… Di tengah perjalanan, kami singgah di
tempat wisata air terjun Kulukubug (sorry kalo salah namanya). Untuk masuk ke
dalam harus berjalan kaki. Akhirnya ditengah hujan gerimis, kami berjalan kaki
masuk ke dalam. Awalnya masih pake sepatu, tapi akhirnya lepas sepatu juga
karena becek banget dan licin, udah gitu juga harus nyebrang sungai dan naik
turun bebatuan.
Setelah berjalan kaki kurang lebih
20 menit, sampailah kami di air terjun….
Kesannya WOW!
Perjalanannya worth it sih…
Puas berfoto-foto dan menikmati
keindahan alam air terjun, kami pun kembali… lagi-lagi turun hujan… jadilah
hujan-hujanan lagi…
Di tengah jalan pulang, gw sempet
kepleset dan jatoh… Mirisnya karena yang jatoh adalah pantat gw menimpa sebuah
batu yang ujungnya cukup runcing…
Rasanya……. Sakit.
cukup meninggalkan hematom dengan diameter 8cm..
Tapi untunglah masih bisa duduk di
motor dan melanjutkkan perjalanan pulang…
Kami sampai di Pulau Siberut sekitar
pukul 13.00 WIB, dalam keadaan setengah kering, kucel dan kelaparan…
Pas ngeliat teman2 yang lain, gw pun
terharu… ga nyangka bisa balik…hahaha…
Merasa sangat bersyukur bisa
melewati seluruh perjalanan dengan tim yang kompak dan tahan banting tanpa
mengeluh… bersyukur bisa merasakan suasana pedesaan yang desa banget, yang
masih asli, jauh dari hiruk pikuk perkotaan… suasanya yang gak semua orang
pernah merasakan atau mungkin gak pernah diketahui oleh sebagian orang
kenyamanannya. Suasana yang nyaman, jauh dari sinyal dan gadget yang mengambil
ahli sebagian besar kebebasan hidup kita. Berada di tengah orang-orang yang ga
tau apa itu selfie, go pro, facebook, twitter, instagram, path, bbm, game
online ato soal update status dan upload foto. Orang-orang yang ga memerlukan
power bank untuk bertahan hidup. Suasana sore hari dimana semua pemuda pemudi
ngumpul di lapangan buat main volley dan sepak takrauw, sementara anak-anak
kecil lainnya berlarian sana sini kejar-kejaran, lalu di depan rumah ada
bapak-bapak yang menghisap tembakau atau ibu-ibu yang duduk sambil ngobrol dan
tertawa sesekali. Suasanya yang ngangenin banget buat gw…
Blusukan ini memberikan pengalaman berharga banget buat gw dan keempat teman lainnya dan semoga ini juga dapat memberikan sedikit manfaat bagi warga Madobag.
:)